” kamu ga apa apa?” tanyaku. Dia hanya tersenyum kepadaku.
” namaku Nessa, nama kamu siapa?” tanyaku sambil menyodorkan tangan.
” Ara, namaku Ara” jawabnya sambil menjabat tangganku.
” ini anjingku, namanya Dizz, dia perempuan, dia baik kok. cuma sama orang jahat aja dia galak” kataku.
” hahaha... makasih ya kamu udah nolongin aku” kata Ara.
” sama sama, aku seneng kok kalo aku bisa nolongin orang” kataku.
Saat itu langit mulai gelap, dan aku harus pulang kerumah.
” Ra, aku pulang dulu ya, bentar lagi mau gelap, besok kita ketemu lagi ya disini.” kataku.
” iya, aku juga mau pulang kok. Oke besok kita ketemu lagi disini dijam yang sama” kata Ara.
” daaa Ara, sampai ketemu besok” kataku sambil melambaikan tangan meninggalkannya.
Keesokan harinya, aku bertemu dengan Ara. Kami bermain bersama sama, setiap hari. Kami menjadi sahabat. Sahabat sejati. Hingga suatu hari, aku harus pergi keluar kota. Ayahku ada perkerjaan disana. Sehari sebelum aku pergi, aku menemui Ara ditempat kami biasa bermain.
” Ara!” panggilku.
” hai, Nessa” jawabnya.
” Ara, aku punya kabar buruk” kataku.
” hah? Apa Nes? Kabar buruk apa?” tanyanya yang begitu penasaran.
” besok...aku...aku” kataku terbata bata.
” apa Nes? Apa?” tanyanya penasaran.
” aku harus pergi keluar kota besok, ayahku dinas disana. Aku ga tau aku bisa ketemu kamu lagi atau ngga” kataku.
” kenapa? Kenapa kamu bilang ga bisa ketemu aku lagi?” tanyanya.
” karena, aku ga tau apa aku akan kembali lagi atau ngga” kataku.
” kamu besok pergi jam berapa?” tanya Ara.
” pagi, jam 8 pagi” jawabku.
Lalu, Ara mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. ” ini buat kamu” katanya
” gelang? Buat aku?” tanyaku tak percaya.
” iya, jaga baik baik ya... suatu saat nanti kalo kita ketemu lagi, kamu kasih gelang itu ke aku. Tapi kalo nggak... ya itu buat kamu. Itu nguji seberapa berharganya aku buat kamu. Kalo kita ketemu terus gelang itu ilang, berarti kamu nganggep aku ga berarti” katanya.
” kalo gitu, ini kalung buat kamu. Sama kayak kamu, kalo barang ini ilang, berarti kamu ngangep aku ga berarti.” kataku dengan senyuman. Kami berdua tertawa dan itu menjadi sore yang terakhir ku lalui bersama sahabatku Ara.
Keesokan harinya, aku bangun pagi pagi dan bergegas mandi. Kurapihkan barang barangku, kupastikan tidak ada yang tertinggal terutama gelang yang diberikan oleh Ara.
Mobil yang akan mengantarku dan kedua orangtuaku sudah siap. Selesai sarapan, aku pergi kedepan rumah. Memandang rumahku untuk terakhir kalinya. Saat aku akan masuk kemobil, tiba tiba ada yang memanggilku. Dan ternyata itu Ara.
” Nessa!” kata Ara.
” Ara!” kataku sambil berlari memeluknya. Ku peluk dirinya dengan erat, hingga mata ini mengeluarkan air mata.
” jangan menangis Nessa, aku yakin... kita akan bertemu lagi” kata Ara.
” maafin aku kalo selama ini aku punya salah sama kamu dan makasih selama ini kamu bersedia jadi sahabat aku” kataku dengan terisak isak.
” maafin aku juga ya, makasih juga kamu udah menjadi sahabat terbaik aku” kata Ara.
” jangan lupain aku ya, Nes” kata Ara.
Aku hanya menjawab dengan senyuman. Lalu aku pergi ke dalam mobil. Aku tak bisa menahan kesedihan ini.
Saat aku sampai di kota itu. Aku terus mengingat Ara. Aku selalu sedih ketika mengingat Ara. Tapi, aku harus jalani hidup ini. Aku akan bertahan walau tak ada Ara disisiku. Waktu terus berjalan, berlalu dan terus berlalu. Sekarang, aku bisa bertahan tanpa Ara. Bertahun tahun telah ku jalani tanpa Ara, hingga akhirnya aku lupa padanya.
Benar benar lupa. Umurku sekarang 14 tahun, aku telah mendapatkan teman teman baru. Dan sekarang aku kelas 3 SMP. UJIAN. Itulah sebuah kata yang ada dipikiranku. Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian, itu tandanya sebentar lagi aku akan SMA. Di SMP ini aku merasakan kesenangan, teman-teman, guru-guru, dan lingkungan sekolah sangat menyenangkan. Tapi, sebentar lagi aku akan melewatkan semua ini.
Satu tahun berlalu. Dan aku sekarang kelas 1 SMA. Hal yang berbeda, SMP dan SMA. Tadi pagi ayahku bicara padaku. Dan katanya saat aku kelas 2 SMA, ayahku akan pergi keluar kota lagi. Itu tandanya, aku harus pindah sekolah. Mungkin menyenangkan bisa pindah pindah kota, tapi ini tidak menyenangkan bagiku karena, aku harus beradaptasi dengan sekolah baru.
Akhirnya hal itu tiba. Aku pergi keluar kota lagi. Kata ayahku, aku akan disekolahkan di sekolah yang bagus, disiplin, dan terpilih. Aku pikir, aku tidak akan bisa masuk kesana. Ternyata, aku berhasil masuk kesana. Aku sangat senang sekali, orang tuaku juga. Ayah mengingatkanku, bahwa perjuanganku nggak berakhir disini. Aku harus berjuang beradaptasi dengan sekolah itu.
Keesokan harinya, aku masuk sekolah. Dan aku telat bangun pagi. Aku bergegas kesekolah. Tibanya disekolah aku dihampiri oleh seorang anak laki-laki.
” lo anak baru ya?” tanyanya.
” iya” jawabku.
” nama gue andara, lengkapnya Wisnu Andara. Gw ketua osis disini. Nama lo siapa?” katanya.
” Vanessa Amalia. Panggil aja Vanessa, oke?” kataku.
” oke, lo sekarang sekelas sama gue. Trus, ini buku peraturan sekolah ini. Inget ya, gue ga suka orang yang ngelanggar peraturan. Jadi, lo harus bener bener taatin peraturan. Ngerti?” jelas Andara.
” iya ngerti” jawabku dengan malas.
” ya udah, sekarang lo masuk kelas.” katanya.
” terus lo ga masuk kelas juga?” tanyaku
” ngga, gw ada urusan sama osis” jawabnya.
”oooh, oke... bye” kataku.
Lalu dia pergi tanpa berpaling dan berkata sedikit pun. Aku pun berjalan menuju kelas.
Di sekolah baru itu, aku mendapatkan teman baru, namanya Chery, Fixy, dan Nola. Mereka teman yang baik. Kami memang suka bergossip. Hingga suatu saat, kami menggossipi si ketua osis, Andara.
” eh, mau tau ga? Si Andara suka sama siapa?” kata Fixy.
” siapa? Hah? Penasaran gue tipe cewe yang disuka sama orang kayak gitu” kata Chery.
” halaaah... bilang aja lo cemburu Cher... lo kan pernah suka sama dia” kata Nola.
” yaaa itukan dulu, waktu gw kelas 1 SMA, pas awal awal doang.” kata Chery.
” eh, mau gw kasih tau ga sih? Diem aja deeeh” kata Fixy.
” iya ampuuun...” kata Nola dan Chery berbarengan.
” terus siapa cewe yang disukain sama dia? Anak sini?” tanyaku
” jadi, cewe yang disukain sama Andara itu katanya temennya dia waktu kecil. Terus, si Andara itu masih suka sama tu cewe ampe sekarang” kata Fixy.
” iiih... lo tau dari mana?” tanyaku.
” dari cowo gue” kata Fixy
” cowo lo? Reza?” Tanya Nola.
” iyalah, siapa lagi. Dia kan temennya Andara” kata Fixy.
” eh, udah masuk nih... kekelas yuk” kata Chery.
Sesampainya dikelas, aku melihat Andara duduk di bangkunya dan membaca buku.
” kenapa sa ngeliatin Andara mulu?” tanya Nola
” hah? Gapapa kok, siapa sih yang ngeliatin dia, ngga tau” kataku
” menurut lo Andara gimana?” tanya Fixy
” menurut gue, Andara baik, pinter, lumayan gantenglah, disiplin, tapi suka cuek, kaku, dingin lagi” kataku.
” tuuh kan... lo tuh suka sama Andara” kata Fixy
” iiiih... nggak tau!! Ngapain gue suka sama orang kayak dia? Sotoy lo!” kataku
” beneran kali, ga usah bohong deh ama kita apalagi sama diri lo sendiri” kata Chery.
” udah ah, tuh pak guru udah masuk” kataku.
Saat liburan sekolah, aku membereskan kamarku. Aku menemukan sebuah kotak kecil di tumpukan barang barangku. Lalu ku buka kotak itu. Ternyata, didalam kotak itu ada gelang dan foto foto saat aku bersama Ara. Airmataku jatuh membasahi pipi. Aku tak bisa menahan air mata itu. Didalam situ ada gelang yang diberikan Ara kepadaku, Kaset lagu yang aku dan Ara sukai, foto foto kami, Surat yang dikirim Ara untukku, mainan kami, dan semua kenangan kenangan bersama Ara.
Keesokan harinya, aku memakai gelang yang diberikan Ara kesekolah. Aku sangat senang memakainya. Saat masuk kelas teman temanku melihat gelangku.
” eh, baru beli gelang ya? Bagus banget, lucu deh” kata Chery
” makasih, ini udah lama lagi gelangnya, tapi baru gue pake” kataku
” ooo” kata Chery.
Lalu, aku melihat Andara masuk ke kelas. Tiba tiba jantungku berdebar dan aku gugup. Aku terus memerhatikannya. Hingga dia menghampiriku.
” kenapa lo? Kok ngeliatin gue gitu sih?” tanya Andara yang tiba tiba hadir didepanku dann membangunkan lamunanku.
” hah? Nggak kok... siapa lagi yang ngeliatin lo... ge’er banget sih!” kataku.
” eh, liat dong gelang lo... kayaknya gw tau nih gelang” kata Andara
” eh, emang didunia ini yang punya gelang kayak gini cuman lo?” tanyaku
” iya, gelang itu gue yang buat, terus gue kasih ke...” katanya terputus
” ke? Ke siapa?” tanyaku
” ke Nessa... orang yang gue sayang” jawab Andara
” lo dapet gelang ini dari mana?” tanya Andara
” ini tuh gelang dari sahabat gue waktu kecil, namanya Ara” kataku
” Ara? Ga mungkin...” kata Andara.
” lho? Kenapa ga mungkin? Tanyaku
” soalnya... gue... gue itu... gue itu Ara... gue itu Ara, Nessa!” kata Andara
“ Andara? Ga lucu tau! Lo ga usah ngaku ngaku jadi Ara! Ara itu sahabat gue, sahabat gue waktu kecil, dia ga mungkin lo!” kataku tak percaya
” Vanessa, gue Ara. Lo itu Nessa, sahabat gue waktu kecil. Dan Nessa itu orang yang sangat gue sayang! Sampe detik ini juga, gue masih sayang sama dia” kata Andara.
” bohong! Gue ga percaya! Lo buktiin kalo lo itu Ara!” kataku tak tahan menahan tangis
” oke, waktu pertama kali gue ketemu sama lo, waktu gue dipalakin sama anak anak nakal, lo dateng naek sepeda bareng sama anjing lo namanya Dizz. Terus, waktu lo pergi, lo ngasih gue kalung. Kalung ini lang lo kasih sama gue, masih gue simpen dan selalu gue bawa.” katanya sambil mengeluarkan sebuah kalung dari dalam tasnya.
Aku hanya bisa menangis, aku tak bisa berkata.
” terserah lo deh mau percaya apa nggak. Tapi, makasih udah jaga gelang itu baik baik, itu tandanya Ara berarti buat lo dan gue juga jaga kalung yang lo kasih, ini tandanya lo sangat berarti bagi gue dan gue sayang banget sama lo.” kata Andara
aku segera berdiri dan memeluk Andara.
” gue percaya kalo lo Ara.” kataku
” gue sayang sama lo nes” kata Andara
” yang lo sayang itu Nessa, bukan Vanessa” kataku
” loh? Sama aja kan?” tanyanya
” beda, Nessa itu waktu dulu. Sekarang adanya Vanessa. Yang lo sayang itu gue yang dulu, bukan yang sekarang.” kataku
” dan yang gue suka itu Andara, bukan Ara” sambung aku.
” tapi Ara itu sebagian dari gue, dan Nessa itu sebagian dari lo” kata Andara.
Akhirnya, aku menemukan sahabatku yang hilang. dan kami kembali bersama sama, seperti dulu kala.
*--_--*THE END*--_--*